Tenang dan Damai walaupun Disakiti dalam Perspektif Islam

Dalam ajaran Islam ketika dizalimi, seseorang harus sabar, ikhlas, dan memaafkan agar hati tetap tenang dan tidak menimbulkan dendam. Di Al-Qur’an menjelaskan bahwa membalas keburukan dengan kebaikan justru menumbuhkan persahabatan seperti disebutkan ada ayat tersebut:

  • Fushshilat 41:34:

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُۗ اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ ۝٣٤

“Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia.”

      Ketika kita berinteraksi dengan manusia, pasti ada suatu kekurangan atau perlakuan yang kurang baik dari sebagian mereka kepada sebagian yang lainnya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Maka orang yang terzhalimi disunnahkan menahan marah dan memaafkan orang yang menzhaliminya. Allah Ta’ala berfirman,

Rasulullah SAW juga memuji orang yang menahan marah dan memaafkan:

  • QS. Ali ‘Imran 3:134:

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ۝١٣٤

“Dan (termasuk) orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

  • QS. Asy-Syura 42:37:

وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَۚ ۝٣٧

 (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.

  • QS. Al-Furqan 25:63:

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا ۝٦٣

Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.”Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa ketaatan, kerendahan hati, dan kasih sayang akan mendatangkan ketenangan batin.

 

Hadis Nabi SAW tentang Kesabaran dan Memaafkan

Nabi Muhammad SAW memberi teladan mengendalikan amarah dan memaafkan:

  • “Dari Ibnu Abbas radliallahu anhuma tatkala turun ayat:

اِنۡ يَّكُنۡ مِّنۡكُمۡ عِشۡرُوۡنَ صَابِرُوۡنَ يَغۡلِبُوۡا مِائَتَيۡنِ​ ۚ وَاِنۡ يَّكُنۡ مِّنۡكُمۡ مِّائَةٌ يَّغۡلِبُوۡۤا اَ لۡفًا مِّنَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا

‘Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir…’ (Surat Al Anfal: 65). Maka diwajibkan kepada mereka tidak ada seorang pun yang lari dari sepuluh orang.

          Abu Sufyan berkali-kali mengatakan: ‘Jangan sampai ada yang lari dua puluh orang dari dua ratus orang.’ Kemudian turunlah ayat: ‘Sekarang Allah telah meringankan kepadamu.’ (Al Anfal: 66). Maka diwajibkan jangan sampai ada yang lari sebanyak seratus orang dari dua ratus orang. Sufyan menambahkan juga; telah turun ayat; ‘Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu…’ (Al Anfal: 65). Sufyan berkata; dan Ibnu Syubrumah berkata; ‘Aku melihat seperti inilah menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran.’” (HR. Bukhari) [No. 4652 Fathul Bari] Shahih.Dalam sebuah hadis panjang, Nabi SAW memuji orang yang berbuat baik meski dianiaya: seorang sahabat berkata bahwa ia berbuat baik kepada kerabat yang menyakitinya. Nabi SAW menjawab: “Jika apa yang kamu katakan itu benar, maka seakan-akan kamu menaburkan debu panas ke wajahnya, dan Allah akan senantiasa menolongmu selama kamu terus berbuat seperti itu.”

         Hadis-hadis Nabi ﷺ secara jelas dan tegas menunjukkan bahwa sikap mulia yakni menahan amarah, berlapang dada, serta membalas kebaikan terhadap keburukan. Dalam Islam, sikap mulia tersebut bukan sekadar sebagai tindakan mulia secara sosial, melainkan sebagai bentuk karakter akhlak yang ditanamkan pada karakter seseorang dan jika amalan tersebut dilakukan bisa mendapatkan pertolongan dari Allah.Artinya, ketika seseorang yang telah disakiti atau dianiaya oleh orang, namun memilih untuk tidak membalas dengan tingkat kebencian yang sama, kemudian menahan amarah dan bersabar untuk membalas perlakuan buruk itu dengan kebaikan, maka yang bersabar tersebut sesungguhnya akan diridahi oleh Allah SWT.

Sikap bersabar tersebut tentu tidak semua orang mampu bisa melakukan sikap yang mulia tersebut karena Ketika Sebagian kabanyakan seseorang diuji oleh Allah SWT yakni adanya seseorang yang datang untuk menyakiti perasaan, maka seorang merasa tersinggung dan disakiti tersebut, maka dia lansung marah dengan perasaan dendam dan membiarkan hati semakin mersakan sakit dan terluka. Ketika seseorang yang tersakiti tersebut memilih mengontrol amarah, memberi maaf, bahkan membalas dengan kebaikan, seseorang akan menunjukkan sikap kedewasaan iman dan karakter mulia yang dijanjikan Allah pertolongan-Nya. Dengan demikian, tindakan mereka bukan hanya sosial yang baik, tetapi juga spiritual yang mendapatkan ganjaran dari Allah atas kesabaran dan kebaikan mereka dalam menghadapi tekanan dan kejahatan orang lain.

Tips dan Amalan Praktis

Beberapa langkah praktis yang disarankan ulama agar hati tetap tenang meski disakiti:

  • Perbanyak dzikir dan istighfar: Dekatkan hati kepada Allah dengan berdzikir dan istighfar agar hati akan lebih mudah tenang.
  • Curahkan sedih hanya kepada Allah : Mengadu kepada Allah dalam doa setelah melaksanakan shalat pada saat terluka, bukannya menumpahkan emosi kepada orang yang menyakitimu.
  • Balas dengan kebaikan : Usahakan berbuat baik kepada yang menyakitimu, karena kebaikan akan menghapus keburukan. Sikap mulia ini akan memutus siklus kebencian.
  • Meyakinkan keadilan Allah: Percayalah bahwa setiap perbuatan buruk akan mendapatkan balasan setimpal dari Allah. Keyakinan ini memberi ketenangan karena Allah Maha Adil.

Dengan sabar, ikhlas, dan keteguhan hati (dan terus berdoa memohon pertolongan Allah), kita dapat menjaga kedamaian jiwa meski menghadapi perlakuan buruk. Ringkasnya, Islam mengajarkan memaafkan dan berbuat baik sebagai cara menenangkan hati, serta selalu bersandar kepada Allah SWT dalam segala ujian.

Menjadi lembaga Islam unggul dalam pendidikan, sosial, dan dakwah untuk membangun SDM berkarakter Ahlussunnah wal Jamaah, bermoral, cerdas, berdaya saing, berpikiran global, dan adaptif terhadap perkembangan zaman

Kontak

2025. Yayasan Pesantren Muassasah Al-Hayaa. All rights reserved.